Antara Keberuntungan, Usaha dan Doa (Part IV)

November 14, 2017

Nah, seperti judul-judul yang sebelumnya, mungkin ini menjadi pertanyaan beberapa orang yang baca : kenapa sih judulnya begitu?
Jadi, lo sebut apa sesuatu yang akhirnya sukses lo capai? Kira-kira itulah jawaban gue : Antara Keberuntungan, Usaha dan Doa. Sebenernya urutannya yang bener adalah usaha dulu, doa, kemudian keberuntungan itu akan nyusul. Tapi gue mulainya dari keberuntungan dulu, biar enak aja gitu bacanya (lah?).

Di tulisan sebelumnya gue udah ceritain tentang perjuangan gue yang udah masuk ke tahap OJT. Perlahan-lahan tapi pasti, gue melangkah maju ke tahap ini. Selangkah lagi akan menjadi pegawai tetap PT. PLN (Persero). Seperti biasa, selalu ada tantangan yang dilewati untuk mengikuti ujian. Pada pertengahan OJT, siswa prajabatan harus mengikuti UJO (Semacam Uji Kompetensi Prajabatan gitu) berupa soal-soal pilihan ganda dan tesnya online alias pakai handphone. Kabar mengenai Si UJO ini baru disebar oleh pihak Udiklat seminggu sebelum hari-H. Gue kesel, kenapa mendadak banget? Belum lagi kita dipusingkan dengan memikirkan Telaahan Staff (TS). Mungkin ini juga ada salah gue, dari awal OJT sampai seminggu sebelum Si UJO, gue masih mikirin judul TS yang cocok. Karena gue OJT di SPI (Satuan Pengawasan Intern), jadi TS yang dibuat haruslah mengenai audit atau mengenai proses bisnis di operasional (auditee) namun harus ada benefit untuk auditor. Mulailah gue pusing. Setiap malam yang gue pikirin cuma TS. Susah tidur gara-gara TS. Mau makan inget TS, mau mandi inget TS, mau tidur inget TS, kemana-mana inget TS.

Back to Si UJO yang ternyata soalnya ga jauh beda dari soal Si UJO angkatan 57. Suasana di ruangan seketika panik waktu pencet tombol 'mulai' di handphone. Gue panik juga karena dibatasin sama waktu di handphone. Akhirnya setelah melewati semua soal, gue pencet tombol 'selesai'. Keluarlah nilai... 88! YEAY! Alhamdulillah lulus Si UJO. Sebagai informasi, Si UJO ini sebenernya adalah salah satu syarat untuk mengikuti uji TS.


Sesaat sebelum Si UJO, kita berdoa bersama (SPI Reg 1, 4, dan 6 Angkatan 58)

Setelah badai Si UJO berlalu, kembali terpikirkan TS. Setiap kali punya ide TS, gue langsung nanya sama senior atau sama temen angkatan 58 yang lain. Kalau udah dipatahin sekali aja ide gue, gue ga berani lagi untuk ngungkapinnya dan langsung simpan sendiri. Selanjutnya pas ada ide yang terlintas di benak, gue malah semakin ragu-ragu untuk angkat ide tersebut. "Duh, boleh ga ya?", "Apa nanti gue ditanya yang macem-macem ya pas ujian kalau judulnya begini?". Banyak hal yang gue pikirin sebelum akhirnya gue memutuskan untuk mengambil telaah staff mengenai Persekot Dinas. Waktu itu udah H-1 minggu sebelum magang selesai, H-3 minggu sebelum uji TS. Dan... lo tau? Gue baru minta data plus nanya-nanya dengan kekeuh kepada seluruh pegawai keuangan maupun akuntansi di UIP. Karena gue baru ada ide saat itu. Gue langsung gencar kesana kemari mencari informasi, membandingkan data dengan realita yang akhirnya gue menemukan suatu masalah. Sehingga TS gue lebih mirip Laporan Hasil Audit tapi versi mini nya.

Awalnya gue emang ragu untuk angkat judul itu, tapi mau ga mau gue punya sesuatu yang harus gue konsultasiin dengan mentor. Akhirnya gue tulis, bab demi bab pun selesai. H-1 minggu sebelum uji TS, gue dicoba uji dulu oleh mentor dan beberapa rekan lainnya. Alhamdulillah ga banyak kendala, ada sih beberapa perdebatan dan gue masih bisa mempertahankan pendapat. Beberapa di revisi oleh mentor II dan mentor I. Gue seneng karena udah direvisi. Setidaknya udah ada "amunisi".

Dan... untuk diketahui, pagi siang sore malam gue ga henti-hentinya membahas TS dengan Bg Haris, temen satu kelas SPI B juga, orang Padang, dan satu regional, satu tempat OJT. Kita berdua udah kayak anak ilang kalau kemana-mana. Mikirin TS dengan tampang kusut. Sampai-sampai suatu pagi gue buka pintu Grab, naik. Dimana di dalemnya udah ada Bg Haris sama Gibral. "Bg, jadi baa tu yo bg? Lai ndak baa Ica ambiak tentang Persekot Dinas?" dalam bahasa minang, artinya "Bg, jadi gimana ya bg? Ga apa-apa ya Ica ambil tentang Persekot Dinas?". Bg Haris langsung nanggepin "Ca, dari semalam abg susah tidur ca gara-gara mikirin TS. PLIS, pagi-pagi gini bisa ga bahas TS ga?". Seketika gue diam. Oke.

Sampai akhirnya hari uji TS pun tiba...

Uji Telaahan Staff

HARI JUMAT, 25 AGUSTUS 2017.
Hari dimana gue akan disidang mengenai Telaahan Staff yang gue buat.

06.30
Beberapa orang kumpul di kosan gue dan Bila. Jadi kita berangkat bareng-bareng ke Udiklat Tuntungan, tempat uji TS. Berangkat dengan muka tegang semua. Gue ga deg-degan, biasa aja. Tapi pas liat Bila baca-baca ayat al-qur'an, gue jadi keinget juga pesen bokap, untuk selalu dzikir. Gue diam sepanjang perjalanan.

Sampai di Udiklat Tuntungan, kita nyari-nyari ruangan uji. Tapi sebelumnya kita udah ditawarin oleh salah satu staff untuk sarapan terlebih dahulu di rukan (wah nostalgia Udiklat Bogor nih). Sarapan pun gue ga kuat banyak-banyak, takut nanti sakit perut kan berabe. Setelah sarapan, kita semua berbondong ke ruangan uji. Ada semacam ruang tunggu disana, dan semua pada bukain laptop. 

Di surat undangan uji telaahan staff, nama gue sebenernya dapet jadwal uji 5 terakhir. Jadi kemungkinan kalau penguji nya ada 3 orang, gue dapet giliran udah sore banget. Tau-taunya kita dibagi dua kelompok dong, dan jadwal semua berantakan. Karena pembagiannya itu berdasarkan nomer urut yang genap dan yang ganjil. Kebetulan gue dapet nomer urut 8 alias genap. Jadilah masing-masing kelompok dibagi mendapat dua orang penguji. Kabar baiknya, penguji cuma ada dua. Kabar buruknya, gue naik jadi urutan ke 5 yang diuji setelah Kak Mika, Thania, Missi, dan Kak Minda.

Harap-harap cemas menunggu giliran, karena setiap orang yang baru keluar ruangan pasti kita tanyain, pengen tau apa aja kira-kira yang ditanya sama pengujinya. Karena waktu itu udah pukul setengah 12 siang, gue kira bakal dilanjut abis shalat jumat, ternyata engga. Tiba-tiba kakak-kakak orang Udiklat Tuntungan manggil nama gue buat masuk. 
"Ya Allah, akhirnya masuk ruangan. Gimana ini..." Gue deg-degan sambil jalan sambil dzikir, dengan kedua tangan gue penuh sama kertas plus flashdisk dan alat tulis lainnya.

Masuk ruangan...
"Assalamualaikum, pak..." Gue dengan tegap serta percaya diri masuk ke ruangan uji, sambil melempar senyum kepada penguji. Gue mulai mengutak atik komputer yang ada di depan, serta memastikan bahwa semua yang mau gue jelasin lengkap ada di flashdisk. Presentasi terbuka di layar.
"Langsung mulai saja pak?" Gue bertanya kepada penguji.
"Iya, silahkan" Jawab penguji dari Udiklat.

FYI, penguji gue ada dua orang yaitu satu dari Udiklat Tuntungan, bapaknya sudah manajer, dan satu lagi adalah Group Head SPI Regional 4. Banyak gosip yang beredar kala itu, ada yang bilang kalau bapaknya baik lah, ada yang bilang pertanyaannya susah lah, dan lain-lain. Tapi gue tetap percaya diri, karena ini bukan kali pertama gue diuji kaya gini.

Setelah menjelaskan panjang lebar (tapi sepertinya ga sampai 10 menit) gue selesai presentasi. Batas waktu yang diberikan sebenernya adalah 10 menit maksimal. Bapak GH Regional 4 mulai bertanya mengenai pengetahuan audit gue.
"Jadi apa sih bedanya tanggal audit dengan periode audit?" Gue langsung seneng dalam hati karena pertanyaan itu bisa gue jawab (udah pernah ngaudit juga kan di Bank Mega, jadinya tau) "Expose PKA itu ngapain? Apa itu walkthrough? Apa perbedannya TOD dengan TOE?" kemudian gue menjelaskan secara rinci banget, karena sehari sebelumnya gue udah pelajari SPA (Standar Prosedur Audit) alias kitabnya Auditor di PLN. 
"Wah kamu bagus ya ngejelasinnya, udah bagus kamu, Hilda. Soalnya tadi saya ga pernah denger penjelasan yang kaya gini" Bapaknya bilang gitu. Ah, gue langsung tersenyum lebar. Berkat baca SPA...

Kemudian setelah penguji dari audit, penguji dari Udiklat pun melontarkan pertanyaan. Awalnya gue ga ngerti maksud pertanyaan bapaknya, terus gue jawab lagi, bapaknya nanya lagi karena beliau merasa belum puas dengan jawaban gue. Gue jawab lagi. Sampai akhirnya salah satu DGH Regional 6 yang dampingin gue waktu itu di dalam ruangan menjelaskan maksud dari pertanyaan penguji tersebut. Setelah dijelasin, gue baru paham maksud pertanyaan bapaknya. Gue jawab dengan tenang. Belum puas sampai disitu, beliau malah mengungkit-ungkit masalah Telaah Staff gue yang ga sesuai proyeksi jabatan. Dan ini juga dibantu jawab oleh penguji dari Audit. Sumpah, terimakasih banyak pak sudah membela saya. 

Gue sampai dibilang gini sama pengujinya "Wah kalau gini telaahan staff kamu bisa ga lulus kamu. Padahal proyeksi jabatan kamu kan untuk Audit, tapi kamu malah membahas masalah di keuangan dan akuntansi" Anjay, gue sampai feeling waktu itu gue ga bakal lulus. Duh teganya si bapak bilang gitu... 
Tapi... gue bangkit, gue jawab dengan tenang. Gue tersenyum kepada penguji, karena sikap sopan kita memang diuji juga disini. Secara, lo adalah calon pegawai, ga mungkin kan mau melawan bapak-bapak yang udah berpengalaman bertahun-tahun jauh sebelum lo ada? Kemudian salah satu penguji bilang "Iya Hilda sudah, silahkan ditutup". Akhirnya... Selesai juga ujian gue. 
Sebelum keluar dari ruangan, gue salamin bapaknya satu-satu kemudian tersenyum dan bilang makasih. Eh, penguji yang dari udiklat malah nanya "Asalnya dari mana kamu ini?" Gue jawab Padang pak. "Oh, kuliah dimana dulu?" Gue jawab lagi di Universitas Andalas, dan percakapan selesai. Setelah itu beliau istirahat untuk shalat jumat serta makan siang. Feeling gue sih bagus, karena tadi bapaknya tersenyum dan ketawa-ketawa juga sebelum gue keluar ruangan. 

Gue istirahat makan siang dan shalat, berdzikir juga ga lupa sambil menunggu sore, menunggu hasil kelulusan. Dan... gue masih sempat-sempatnya buat selfie waktu itu. 
Mukanya suram, kaya ngajak berantem.

 Setelah menunggu semua selesai ujian, sambil ngantuk-ngantuk kita di minta untuk memasuki ruangan uji semuanya. Gue udah ga sabar liat hasil ujian. Soalnya kalau ga lulus, nerima SK pegawainya jadi ditunda juga, dan OJT nya ditambah 20 hari kerja (tapi kenyataannya lebih). Jadi... yang umumin kelulusan waktu itu adalah kakak-kakak dari udiklat. Kabar buruknya yang dibilang kakaknya adalah, ada dua orang yang ga lulus di ruangan itu. Gue sedih. Gue takut, apa jangan-jangan...? 

"Hilda Yessica Vetrina, ini kertas kamu ya" Gue langsung lari ke depan ruangan untuk ambil kertas itu. dan hasilnya...
 

ALHAMDULILLAH! 
Step lain dalam kehidupan terlewati. AKHIRNYA GUE BISA TIDUR NYENYAK TANPA MIKIRIN TS LAGI! YEAY! Tapi kebahagiaan gue ga sepenuhnya bahagia waktu itu karena masih ada teman-teman seperjuangan yang kelulusannya ditunda.

Oh iya, semua ini ga terlepas dari dukungan banyak pihak dalam hidup, terutama orang tua, adik, yang terkasih, mentor, rekan-rekan SPI, dan masih banyak lagi. Lagi-lagi Allah baik sama gue. Lagi-lagi semua dimudahkan oleh-Nya. Percaya ga percaya, dzikir yang gue bilang di blog ini dan di cerita-cerita yang gue tulis sebelumnya adalah dzikir yang sama. Namun mungkin agak berbeda dari segi banyaknya. Setiap kali mau ujian atau menghadapi test, bokap selalu ingetin untuk berdzikir. 

Apa aja sih dzikirnya?
1. Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, Al-Falaq. Kalau ini usahakan selalu dibaca setelah selesai shalat, berulang-ulang kali. Al-Fatihah gue baca juga sebelum tidur serta waktu mau memulai perjalanan keluar rumah hingga ketempat ujian/test. 
2.     Dzikir Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir...
Artinya: "Cukuplah ALLAH sebagai penolong kami, dan ALLAH adalah sebaik-baik pelindung"
3.     Selain itu, gue baca dzikir nabi Yunus sebanyak mungkin.
لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Laa Ilaaha Illa Anta  Subhanaka Inni Kuntu Minadz Dzalimiin 
“Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk dalam golongan orang-orang yang dzalim”
(QS. Al-Anbiya’/ 21: 87)

Tapi ya, kalau yang nomer 1 lo baca sesaat sebelum masuk ruangan, atau sebelum mau memulai ujian (masing-masing 1 kali aja) Insya Allah ga akan gugup di dalam ruangan. Karena gue udah buktiin beberapa kali.
Begitulah pengalaman gue sebagai siswa prajabatan yang akhirnya berkesempatan untuk menjadi pegawai tetap perusahaan plat merah ini. Btw, SK gue pertanggal 1 September 2017. Alhamdulillah...

You Might Also Like

7 comments

  1. Halo kak :) Mau tanya mungkin kaka ada cerita atau pengalaman temen yg gak lulus OJT pertama? Hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hilda Yessica VetrinaJuly 16, 2018 at 6:59 AM

      Halo Kumara. Iya ada beberapa dari teman aku yg ga lulus OJT pertama. Itu disebabkan beberapa faktor : ada yg grogi waktu presentasi atau jawab pertanyaan dari penguji, ada yg ga bisa mempertahankan argumennya (dalam artian mempertahankan ya bukan melawan perkataan penguji), ada juga yg karena ngeyel melawan penguji sehingga penguji nya tersinggung. Menurut aku dari beberapa pengalaman teman tersebut, harusnya kita pas ujian harus yakin akan argumen kita sendiri. Yakin bahwa yg kita bilang adalah benar. Yakin dan percaya dengan kemampuan namun tidak sok-sokan. Tetap rendah hati. Sikap didepan penguji juga harus sopan. Terus, jawab pertanyaan sesuai dengan apa yg ditanyakan, jangan ditanya A jawabnya Z. Begitu :)

      Delete
    2. Hilda Yessica VetrinaJuly 16, 2018 at 7:03 AM

      Oh iya satu lagi, kamu harus menguasai tulisan kamu. Jangan sampai di tanya sama penguji kamu ga bisa jawab. Selain ditanya tentang tulisan, aku juga ditanya tentang pengetahuan aku tentang audit. Sehingga kmu tidak hanya menguasai tulisan saja namun juga dituntut untuk menguasai bidang kamu (pembidangan nya dimana, materi itulah yg akan di uji). Begitu. Semoga membantu yaa ;)

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waalaikumsalam Fikri... Kalau untuk yg tidak lulus OJT di angkatan aku setahuku tidak ada. Tapi kurang dapat dipastikan juga karena tersebar diseluruh indonesia. Namun yang perlu diketahui bahwa tidak lulus OJT sampai dipulangkan kembali itu karena beberapa penyebab, antara lain : Melakukan perbuatan yang melanggar aturan, atau mempunyai penyakit yang berbahaya (seperti gangguan jiwa), atau karena gagal uji OJT 3x berturut-turut. Karena sebanyak itulah kesempatan yang diberikan. Seingatku, jika PLN yang mengeluarkan, peserta OJT tidak membayar denda. Tapi jika ingin mengeluarkan diri, tentu membayar denda. CMIIW.

      sekian :)

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
  3. Untuk sk penempatan, kakak akhirnya ditempatkan dimana? Apa ada dari satu angkatan ada yang dapet lokasi ga jauh dari daerah asalnya?
    Makasih kak

    ReplyDelete